
NGALONG — Gelas Setengah Penuh atau Setengah Kosong atau Setengah Absurd
Kalau sebelum sebelumnya ada tema artikel PayStory atau Product Deve❤️ment, kali ini pengen membuat tema NGALONG yang artinya Ngobrol Ngalor Ngidul. Ngobrolin segala hal dengan santai dan kadang kadang, yaaaa, mungkin nyeletuk nyeletuk sedikit.
Biasanya pada sebuah sesi motivasi atau pada obrolan yang membahas tentang cara pandang kita terhadap suatu peluang atau suatu masalah, ada saja seseorang yang akan mengatakan hal ini:
“Tergantung bagaimana cara kamu memandangnya. Sama seperti sebuah gelas yang berisi setengah air. Apakah kamu akan memandangnya sebagai gelas setengah penuh atau gelas setengah kosong”
Kedengarannya dan kebayangnya sih keren ya kalimatnya, walaupun kurang kesan senjanya (coba dengerin Senja & Kopi-nya The Vader biar jadi anak senja 😁). Apalagi biasanya disambung dengan:
“Jadi bro, kamu harus bisa berpikir seperti gelas setengah penuh, harus berpikir positif. Jangan negatif seperti gelas setengah kosong.”
Wait, positive? Bagaimana kalau goalnya adalah menghabiskan air di gelas tersebut? Artinya posisi kosong adalah positif dan posisi terisi adalah negatif. Kan beda beda cara pandang orang. Kayaknya agak rasis kalau mengasosiasikan air penuh dengan arti selalu positif. Nanti kalau ada yang berpikiran berbeda dianggap nyeleneh, absurd atau gendheng.
Nanti kalau ada yang berpikiran berbeda dianggap nyeleneh, absurd atau gendheng
Nah, terkait cara pandang, bagaimana kita melihat gelas pun bisa berbeda beda. Tidak selalu hanya terlihat setengah penuh atau setengah kosong, tergantung bagaimana dan dari sudut mana kita memandangnya.

Misal nih, kalau orangnya hanya melihat bagian kosong saja dan tidak melihat sisi airnya, ya orangnya tidak akan pernah tahu ada bagian setengah yang berisi air. Pola pandangnya adalah yang ada hanya kekosongan semata. Air itu hanya ilusi, imajinasi dan sekedar mimpi.

Tapi kalau orangnya hanya melihat sisi airnya saja, ya orangnya tidak akan pernah mengerti konsep kosong. Bagi dia tidak mungkin ada tempat yang tidak ada airnya. Semua harus berisi air. Kosong itu konsep yang abstrak.

Tapi ada juga loh orang yang tidak melihat gelas dengan setengah penuh dan setengah kosong. Malah bagi dia, tidak ada gelas. There is no glass! Jadi kalau ada orang membahas apakah gelasnya setengah penuh dan setengah kosong, yang dia pertanyakan adalah “Gelasnya mana?”

Bahkan bisa jadi orangnya melihat gelasnya dari atas dan yang dia lihat hanya lensa cembung. Semuanya membesar di dasar gelas. Di pandangannya yang terlihat semuanya seperti kepala Red Queen di Alice in Wonderland. Kadang kadang malah terlihat pelangi ketika ada cahaya lewat.
Jadi, tidak semuanya sesederhana seperti setengah penuh atau setengah kosong. Semua orang mempunyai pola pandang dan persepsi masing masing. Jadi jangan kaget ketika berdiskusi tentang suatu masalah bisa jadi topik pembicaraannya jadi ngga nyambung. Wong yang diajak bicara tidak dalam posisi yang sama bagaimana kita melihat topiknya. Pas lihat pecel lele, yang ada di pikiran kita enaknya makan pake nasi dan sambel. Tapi jangan jangan yang dipikirkan lawan bicara kita ngebayanginnya ikan lele makan apa pas dipelihara.
Tidak semuanya sesederhana seperti setengah penuh atau setengah kosong
Dan bukan berarti juga bahwa selain setengah penuh berarti selalu negatif. Lihat dulu tujuan yang dituju. Jangan jangan emang kesitu arahnya. Sudah ba bi bu dengan semangat 45 menceramahi bahwa “Ini tuh salah” atau “Seperti itu tidak benar” tetapi ternyata memang hasil seperti itu yang kita tuju. Goal nya yang kita mau dan goal nya dia berbeda, ya wasalam.
Jangan jangan nih ya, berpikir seperti di atas ini dianggap setengah gila. Atau setengah waras? Kalau ini sama aja sih, ga ada bedanya. Ntar ada yang ngomong ke saya “Wah gue udah capek setengah hidup nasehatin nih orang”…
Originally published at https://www.linkedin.com.