NGALONG - Ngobrol Ngalor Ngidul

NGALONG — Jepret oh Jepret (eng: SNAP)

Sandi Fajariadi
5 min readNov 5, 2022

Datang ke kantor di saat pagi itu sebenarnya menenangkan. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 9 tapi suasana kantor masih terasa sepi. Apalagi di area tim produk. Di kantor hanya ada mang Daman, OB kesayangan sekantor. Kalau tidak ada mang Daman, jadi suka pada kelabakan nyari orang buat dititipin makan siang. Dan biasanya kalau seperti itu, yang lain suka jual mahal kalau dititipin, pasang tarif segala.

Model ruangan kantor dibuat open space seperti model kantor-kantor kekinian. Ada plus minusnya sih. Enaknya kalau open space memang bisa saling diskusi dengan mudah bersama rekan kerja. Cuman nggak enaknya kalau lagi ada yang teriak-teriak manggil orang dari ujung ruangan. Dikata nongkrong di warung kali.

Dan yang biasa teriak-teriak seperti itu si Doni. Doni itu lead tim produk untuk payment dan account linkage. Kalau manggil orang seperti manggil pakai toa. Kalau dia ikutan demo mungkin tidak butuh sound system lagi, tinggal nge-scream dan nge-growl.

Tapi tumben-tumbenan si Doni udah nongkrong di meja kerja pagi-pagi begini. Biasanya dia datangnya paling cepat jam 11. Kalau ditanya kenapa, dia selalu menjawab “ Gue tuh bukan morning person. Gue punya ide adanya di malam hari, jadi enaknya kerja pas tengah malam”. Padahal itu hanya alasan karena dia memang malas bangun pagi saja.

Tapi di pagi ini Doni tampak antara kesal, bingung dan nahan pipis. Beberapa kali dia memandang laptopnya, terus menggerutu, lihat lagi laptopnya, menggerutu lagi sambil menggebrak meja dan terus berulang-ulang. Mungkin kalau tidak ingat bahwa laptopnya milik kantor kayaknya sudah ikut digebrak juga.

Kenapa Don, kok ketawa mulu dari tadi? Ajak-ajak dong” samber saya langsung.

Yeee, ketawa apaan. Gak lihat nih muka udah kayak Dasamuka begini” jawab Doni sewot.

Ha ha ha, maaf, lagian marah-marah, emang ada apa sih”.

Kan kemarin gue dipanggil pak Pinus. Dia minta gue segera buat dokumentasi API SNAP karena harus selesai develop dalam 1 sprint. Soalnya batas implementasinya Desember tahun ini” Doni menunjuk laptopnya sambil melanjutkan “ Tapi jay, gue ngga mudeng nih flow nya. Ini beda banget sama flow kita sekarang. Udah berkali-kali gue baca bolak balik belum ketemu juga bayangan alurnya”.

Sudah begitu, kita kan PJP level 1. Banyak banget API yang harus diubah ke versi SNAP nya. Hampir semua layanan kita harus diubah jadi SNAP. Padahal lo tau sendiri kan, gue lagi dalam proses mengembangkan API baru untuk proses binding dan sudah mau selesai malah. Mesti gue drop semua nih. Kutu kupreeeet!” Doni mencak-mencak sambil narik-narik rambutnya. Secara reflex saya loncat ke belakang takut kena kutu rambutnya yang bertebaran ke mana-mana.

Gampang lah” saya menenangkan “ Susah itu kan tidak berarti mudah”.

Matanya Doni langsung melotot ke arah saya sambil ngedumel gak jelas. Dia lalu melanjutkan “ Lihat nih, proses pembayaran masa mandatory harus ada charge token. Penjelasannya untuk verifikasi OTP. Kan kita pembayaran ga selalu pakai OTP” katanya sambil mengangkat tangan ke atas, antara menyerah atau berpasrah diri kepada yang di atas, di lantai atas ruangan pak Pinus maksudnya. (catatan redaksi: eittss, tenang, parameter charge token sudah menjadi opsional kok kalau pembayaran bukan menggunakan OTP). “ Ya sudah” kata saya “ Coba dicek-cek lagi, mungkin lo tinggal mapping aja API SNAP nya ke API yang sudah lo buat, biar lebih mudah”.

Doni masih sibuk melototin laptopnya sementara saya sudah harus masuk ke ruang meeting karena ada Sprint Planning bersama tim saya. Sebenarnya Scrum Event yang paling saya nanti-nanti itu Sprint Retrospective karena biasanya kita suka nodong Scrum Master buat traktir makan-makan. Jangan ditiru ya!

Ternyata besoknya Doni datang pagi lagi, lebih pagi malah dari saya. Wah, ternyata SNAP membawa hidayah kepada teman saya, jadi mau bangun pagi dan masuk kantor pagi. Harus sering-sering nih ada proses kayak SNAP lagi yang mepet-mepet biar makin rajin (becandaa, ini beneran becandaaa!).

Dia masih dengan ngedumel-ngedumel tidak jelas dan suka berjalan mengelilingi meja nya sebanyak 7x, sudah kayak Thawaf saja. Terkadang suka menggerutu “ Kutu kupret” sambil mijitin keyboard (ya iyalah, masa keyboard dicolek). Doni jadi lebih pendiam sekarang, sudah jarang bercanda dengan teman sekantor. Biasanya dia paling jahil, suka iseng narik2in rambutnya Nani yang panjang atau nyomotin makanan orang lain. Tapi sekarang masuk kantor pagi langsung ngejogrog (bahasa betawi: berdiam di satu tempat tanpa melakukan apa-apa) di meja kerjanya.

Minggu depannya, tumben Doni belum datang pagi. Jam sudah menunjukkan pukul 10 tapi batang kupingnya belum kelihatan, Ketika jam sudah pukul 11:30 baru kelihatan tuh anak. Datang-datang sudah celingak celinguk cari mang Damang dan langsung berteriak memanggil mang Daman dari ujung ruangan. Sambil berjalan ke mejanya dengan isengnya menarik rambutnya Nani dan dengan cekatan mencomot tahu isi nya si Aji. Nani teriak-teriak kesal cuman dibalas cengar-cengir saja sama Doni.

Wahh, udah happy-happy saja nih Don. Udah beres ya SNAP nya?” tanya saya ke Doni saat dia duduk di kursinya.

Weisss, baru juga SNAP. Itu mah kecil” Doni sambil nunjukin jari kelingkingnya “ Lo tau gak jay, kerjaan itu susah karena dikerjain. Kalau gak dikerjain pasti ga susah” lanjutnya dengan kalimat nyeleneh sok bijak.

Jiahhh. Wah sudah dibuat semua API SNAP nya? Kereenn!! Kok bisa cepat sih? Bukannya API yang lo buat banyak yang harus dikonversi ke versi SNAP nya? Sudah dibuat semua?” saya masih tidak percaya Doni bisa secepat itu bikin API SNAP nya.

Iya, sudah semua dong, Sudah beres. Tugas gue sudah selesai” kata Doni.

Wah, bagaimana caranya bisa secepat itu Don?

Gampang. Kan di API SNAP ada parameter additional info. Nah, gue cemplungin aja semua parameter di API kita yang sudah ada ke situ. Selesai deh” ujarnya sambil duduk santai dengan kaki di atas meja dihiasi senyum kemenangan.

Kutu kupreeettt!!!!

— -

Sandi Fajariadi mempunyai pengalaman di product development terutama terkait payment, emoney dan ewallet. Di waktu senggang membuat aplikasi mobile seperti QRIS wantuno, cek RS dan dengan temannya bersenang senang membuat beberapa lagu di The Vader

Originally published at https://www.linkedin.com.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Sandi Fajariadi
Sandi Fajariadi

Written by Sandi Fajariadi

10+ years deep in payment systems, always curious about QRIS. Let's talk!

No responses yet

Write a response