PayStory — Reversal VA: Sudah 10+ Tahun Masih Bikin Pusing
Di zaman yang serba digital ini, dimana kita bisa membeli segala macam dari ujung kaki sampai ujung rambut hanya dengan geser jempol di layar ponsel, ada satu inovasi finansial yang layak diberi standing ovation: Virtual Account (VA). Bayangkan saja, VA ini sudah berkeliaran di dunia maya sejak era 2012-an (ini hitungan saya sejak bekerja di Payment Gateway), jauh sebelum banyak dari kita tahu cara pakai filter Instagram yang bikin pipi langsung tirus. Hiruk pikuk dan booming industri e-commerce di Indonesia tidak lepas, bahkan mayoritas, didukung oleh transaksi melalui VA.
VA ini ibarat tongkat ajaib; mau bayar tagihan listrik bisa, belanja online bisa, sampai beli cemilan untuk majikan kucing di rumah juga bisa. Namun, seperti halnya dalam kisah panjang namun sarat akan hikmah, perjalanan VA ini tak selalu mulus. Bayangkan saja, sudah lebih dari satu dekade berlalu, tapi fenomena reversal dalam transaksi VA masih saja seperti tamu tak diundang yang nekat mampir ke pesta.
Cerita dimulai ketika VA bertransformasi menjadi media pembayaran yang secara tidak langsung menjadi sebuah jawaban atas doa para pengusaha e-commerce di Indonesia yang ingin transaksi yang mudah dan lancar seperti jalanan Jakarta di hari Minggu pagi. VA ini seperti superhero finansial; mampu memudahkan transaksi tanpa kenal lelah. Namun, seperti setiap superhero yang memiliki kelemahan, VA pun tak luput dari kryptonite-nya: transaksi reversal.
Bagi yang belum tahu, reversal ini ibaratnya kamu sudah senang-senang merayakan kemenangan setelah pemain bola di tim kesayangan kamu mencetak gol, eh tiba-tiba setelah wasit melihat VAR, “Maaf, itu bukan gol, tapi bola nyasar dari lapangan sebelah.” Bisa dibayangkan kekecewaannya, bukan?
Di satu sisi, reversal ini penting untuk menjaga keamanan transaksi, namun di sisi lain, bisa membuat penjual pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak pusing, penjual seperti diombang-ambingkan antara harapan dan kenyataan. Setelah menerima konfirmasi transaksi sukses dan barang sudah diserahkan ke pembeli, eehhhh kok tiba-tiba dana ditarik kembali.
Lucunya, meski VA sudah menjadi salah satu pilar utama e-commerce di Indonesia, dan sudah bertahun-tahun menjadi media pembayaran yang populer, masalah ini seperti cerita sinetron, tak kunjung usai. Apakah karena sistemnya masih perlu diasah keakuratannya? Atau karena memang tidak menarik untuk dikembangkan lagi? Atau, mungkin, ini adalah salah satu misteri kehidupan yang tak pernah terpecahkan, seperti kenapa minuman susu beruang, iklannya naga, tapi isinya susu sapi?
Tapi kenapa sih bisa terjadi reversal di VA? Nahhh ini!
Umumnya reversal di VA terjadi untuk transaksi off-us. Transaksi off-us artinya bahwa bank yang digunakan orang untuk membayar dan tujuan bank yang dibayar berbeda. Misal bayar dari BNI ke VA Mandiri, atau bayar dari CIMB ke VA Permata dan seterusnya. Proses off-us akan melibatkan pihak ketiga yaitu Switching untuk meneruskan permintaan pembayaran dari bank sumber ke bank tujuan. Alur prosesnya seperti berikut:
Jika terjadi suatu masalah di sisi Sender Bank yang mengakibatkan terjadinya kegagalan transaksi di sisi Sender Bank, maka Sender Bank akan mengirimkan Reversal Request ke Switching. Padahal proses Payment Request sebelumnya sudah diterima oleh Switching, Beneficiary Bank dan Merchant. Jadi Merchant akan menerima 2 request, yang pertama adalah Payment Request dan yang kedua adalah Reversal Request. Rentang waktu dari Payment Request ke Reversal Request bisa dalam menit atau jam.
Bayangkan anda sebagai merchant yang berjualan pulsa. Anda menggunakan VA sebagai metode pembayaran yang bisa digunakan oleh customer anda. Saat ada customer yang ingin membeli pulsa, maka anda akan men-generate kode VA untuk digunakan oleh customer anda. Setelah customer anda melakukan pembayaran menggunakan VA maka sistem anda akan menerima callback dari Bank/Payment Gateway bahwa pembayaran sukses dan sistem anda akan memproses pengisian pulsa untuk customer anda. Tapi 5 menit kemudian datang callback berisi informasi Reversal dari pembelian pulsa yang sudah anda lakukan proses top-up nya.
Artinya dana customer akan dikembalikan sehingga anda tidak mendapatkan dana dari transaksi tadi, padahal layanan sudah anda berikan ke customer anda.
Walaupun Reversal ini jarang terjadi, tetapi tetap ada potensi kerugian yang bisa berdampak ke merchant. Anggap saja hanya ada 1 Reversal terjadi dalam 1 bulan, tetapi jika nilai transaksi tersebut adalah 30 Juta maka senilai itu pula potensi kerugian merchant.
Kenapa on-us (sumber dan tujuan bank sama) hampir tidak terjadi reversal? Sepengetahuan saya sebenarnya tetap ada potensi Reversal di transaksi on-us, tetapi karena sumber dana dan tujuan ada di Bank yang sama, maka Bank bersangkutan bisa menerapakan logic dan policy sesuai dengan kebutuhan mereka, dimana proses Force Credit bisa dilakukan dalam transaksi VA di sisi mereka, dimana dana user harus sukses didebet dulu sebelum mengirimkan callback pembayaran sukses ke merchant.
Kenapa tidak dilakukan logic yang sama di proses off-us?
Nahhh, saya pun bingung ya jawabnya 😁 harusnya yang bisa jawab ini di sisi Switching dan Bank ya sebagai pihak yang membuat layanan VA. Sudah 10 tahun lebih masa iya gitu-gitu aja ya. Atau mungkin nanti jika VA sudah bisa lewat BI Fast akan lebih baik? Wallahualam.
Dalam dunia transaksi keuangan, kepercayaan bukan sekedar kata, melainkan fondasi utama. Mengapa pembayaran melalui kartu memerlukan sertifikasi PCI DSS? Jawabannya sederhana: semuanya berujung pada kepercayaan. Bayangkan, apa yang terjadi jika integritas transaksi Virtual Account tercoreng oleh masalah reversal? Itulah skenario yang harus kita usahakan keras untuk dihindari.
Dalam perjalanan menjaga VA tetap menjadi favorit, intinya adalah mencari keseimbangan. Kita butuh sistem keamanan yang canggih, namun juga harus ada sistem penanganan masalah sesuai dengan karakteristik penggunaan VA. Ini bukan hanya tentang menjaga VA relevan, tapi juga tentang membangun kepercayaan dan kesetiaan yang tahan lama.
Mari kita ingat, di setiap transaksi yang terjadi, ada kepercayaan pengguna yang kita pegang. VA bukan sekadar alat, tapi simbol komitmen kita untuk menyajikan yang terbaik, terlepas dari segala tantangan. Di tengah maraknya metode pembayaran baru, VA tetaplah bintang yang bersinar, mengingatkan kita pada komitmen untuk kepuasan dan keamanan transaksi.
Jadi, yuk kita terus berinovasi dan memperkuat VA. Karena, seperti kata orang bijak:
“Terkadang hal yang kita butuhkan ada di depan mata kita selama ini, tapi kita malah mencari ke arah lainnya”
Mari kita buktikan bahwa VA bisa lebih dari sekedar pilihan metode pembayaran; ia adalah salah satu jembatan menuju masa depan e-commerce yang lebih cerah dan aman.
Sandi Fajariadi mempunyai pengalaman di product development terutama terkait payment, emoney dan ewallet. Di waktu senggang membuat aplikasi mobile seperti QRIS wantuno, cek RS dan dengan temannya bersenang senang membuat beberapa lagu di The Vader.